apajake.id
Katanya: Aku Mau Jadi Peragawati
Masih tertanam di pikiranku, perihal seorang anak perempuan
di tahun 90-an yang bermimpi menjadi seorang *peragawati yang sangat
indah jika ia sudah dewasa kelak.
Ade namanya.
Suatu hari dengan tangan menggenggam majalah fashion dan tatapan
yang berbinar ade bercerita akan mimpinya “pokoknya nanti kalo udah gede, aku
mau jadi peragawati , mau jalan pake baju bagus di panggung terus nanti foto
aku ada di majalah-majalah sama di papan billboard yang di jalan-jalan gede itu”
ucap sang anak kepada orang-orang di rumahnya.
Kala itu ade sangat yakin sekali bahwa ia akan menjadi apa
yang ia inginkan. Berjalan di panggung busana, memakai rancangan para designer
terkenal, menjadi sampul majalah fashion dan terpampang di papan billboard
seperti apa yang sering ia ucapkan. Namun sayangnya kebahagiaan tak berpihak
padanya, ketika umurnya menginjak angka 5, ia harus kerap menyaksikan
pertengkaran diantara kedua orang tuanya, tak jarang pula ia mendapatkan
pukulan hingga badan kecilnya mendapatkan lukisan pedih berwarna biru di berbagai tempat.
Satu waktu aku melihatnya memakai celana selutut yang
digulung sampai paha, awalnya tidak ada yang aneh, karena kulihat ia bermain
dan tertawa seperti biasa bersama teman-teman sebayanya. Namun semakin lama ku
perhatikan ada luka sebesar telapak tangan orang dewasa di paha kanannya. Ku beranikan
diri menanyakan tentang luka itu dan ia menjawab dengan sedikit ringisan “oh
ini gak sengaja kena setrika kemarin sama mama” lalu ia bermain kembali bersama
teman-temannya.
Sempat terlintas di pikiranku saat melihat luka besar di
paha ade, apa mungkin ibunya sengaja menyetrika paha anak itu? mengingat
lukanya memang sangat tidak wajar apabila memang tidak disengaja dan kondisi
orang tua ade yang hampir setiap hari beradu argumen.
Masih sangat teringat olehku bagaimana sorot matanya yang selalu
berbinar menjadi sangat redup dan senyumnya yang tidak sampai mata. “aah semoga
lukanya tidak menyebabkan bekas” batinku, karena aku ingat ia ingin sekali
menjadi peragawati.
Beberapa bulan berlalu, semenjak insiden “kecelakaan
setrika” yang menimpa ade terjadi, ia mulai terlihat jarang memakai celana
pendek dan seringkali aku mendengar suara tangisan dari dalam rumahnya. Rupanya
lagi-lagi ia mendapat siksaan dari ayahnya. Aku? Bukannya tidak mau membantunya
kala itu, hanya saja aku tidak bisa.
Sempat aku mendengar percakapan ringan ade bersama neneknya
di teras rumah, ia berkata “kayaknya aku gak akan jadi peragawati deh nek,
soalnya bekas luka di pahanya gak ilang-ilang”. Sang nenek menanggapi ucapan
cucunya, bahwa ade tetap bisa menjadi peragawati dengan baju panjang dan
berhijab, namun ade hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum.
Dalam hati aku ikut menanggapi, ia bukan tidak ingin memakai
baju panjang atau berhijab! Sangat terlihat oleh mataku, bahwa ia merasakan
sakit dan trauma yang teramat dalam. Tapi apalah daya anak berumur 7 tahun? Mungkin
saja sebenarnya ia sangat ingin memberontak, dengan keadaan orang tua yang
bercerai saat ia baru menginjak taman kanak-kanak dan sudah pastinya ia merasakan
kurang kasih sayang yang sepatutnya ia dapatkan dari kedua orang tua.
Jika kalian bertanya, bagaimana kabar anak itu sekarang?
Aku pun tidak tahu.
Sudah berbelas-belas tahun lalu aku mengetahui
kisah ini, kini ia mengilang bersama mimpinya seperti ditelan bumi. Sudah kucoba
mencari anak perempuan yang memiliki binar mata indah itu, namun tak ku temukan
jejaknya sedikit pun. Andai saja dulu aku memiliki kuasa untuk menolongnya,
menarik dia dari semua rasa trauma yang membuatnya terpuruk. Mungkin saat ini kalian
akan melihatnya di berbagai fashion show, majalah dan papan billboard seperti mimpinya di tahun 90 dulu.
BACA JUGA CERPEN INI
Comments
Post a Comment